Peningkatan Pemahaman Masyarakat terkait Manfaat Sumur Biopori sebagai Drainase Vertikal dalam Mengatasi Banjir di Kelurahan Meruya Selatan

Penulis

  • Yosie Malinda Universitas Mercu Buana
  • Zel Citra Universitas Mercu Buana
  • Paksi Dwiyanto Wibowo Universitas Mercu Buana
  • Anom Wibisono Universitas Mercu Buana

DOI:

https://doi.org/10.58812/jpws.v3i05.1142

Kata Kunci:

Hujan, Banjir, Biopori, Drainase

Abstrak

Topografi Jakarta bervariasi, namun sebagian besar berada pada dataran rendah dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian rata-rata sekitar 7 meter di atas permukaan air laut. Musim penghujan dimulai pada Oktober-Maret, sedangkan musim kemarau biasanya dimulai pada bulan April-September. Curah hujannya rata-rata 920,1 milimeter pertahun. Menurut Badan Nasional Penanggulan Bencana (2020), Jakarta Barat dengan 18 kelurahan, 2.887 orang mengungsi, Jakarta Utara dengan 5 kelurahan, 738 orang mengungsi, Jakarta Timur dengan 6 kelurahan, 3.640 orang mengungsi, Jakarta Pusat dengan data nihil dan Jakarta Selatan dengan 10 kelurahan, 4.209 orang mengungsi dan ketinggian air mencapai 0,3-1,2 meter. Banjir di Jakarta sudah menjadi masalah yang kerap terjadi terutama dengan adanya faktor sekunder dan faktor primer. Faktor sekunder adalah intensitas hujan yang tinggi. Faktor primer adalah kebiasaan masyarakat membuang sampah pada saluran air perkotaan, banyak saluran drainase yang menyempit oleh padatnya bangunan, menebalnya sedimentasi yang terakumulasi oleh sampah di aliran badan air, sehingga air tidak bisa mengalir dengan lancar. Oleh karena itu, munculah ide pembuatan lubang resapan biopori dimana bahan utamanya adalah sampah organik. Lubang resapan biopori (LRB) itu sendiri merupakan lubang vertikal silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan ukuran diameter 10-30 cm, dengan kedalaman 50-100 cm atau bila permukaan air tanahnya dangkal, maka tidak sampai kedalaman air tanah. Pemberdayaan kepada masyarakat menekankan pada aspek keterampilan, pengetahuan, keahlian untuk meningkatkan kapasitas dirinya yang cukup, sehingga jika terjadi suatu bencana banjir maka masyarakat sekitar dapat diberdayakan secara mandiri untuk mengatasinya. Teknik yang sederhana dalam mengatasi banjir, maka diusulkan program pengabdian berjudul “Peningkatan Pemahaman Masyarakat terkait Manfaat Sumur Biopori sebagai Drainase Vertikal dalam Mengatasi Banjir di Kecamatan Kembangan Meruya Selatan”.

Referensi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2020). Infografis Kepungan Banjir Jakarta, https://bnpb.go.id/infografis/infografis-1.

Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika. (2023). Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2023. https://www.bmkg.go.id.

Bauke S.L., Sperber, C. V., Seibers, N., Tamburini, F., dan Amelung, W. (2017). Biopore effects on phosphorus biogeochemistry in subsoils. Soil Biology and Chemistry, 111: 157–165.

Dibyosaputro, S. dan Widiyanto. (1994). Pengembangan Kota Ambarawa Jawa Tengah Ditinjau dari Segi Geomorfologi. Majalah Geografi Indonesia, Th.8-9,No.14-15, September 1994 - Maret 1995, hal.13-28.

Endyana, C. 2019. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup dengan Pengembangan Ekonomi Kreatif Warga Desa Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung. Jurnal Kumawula, 2(3) : 201 – 210. (http://jurnal.unpad.ac.id/kumawula/arti cle/view/24551/pdf)

Elsie, E., Harahap, I., Herlina, N., Badrun, Y., & Gesriantuti, N. (2017). Pembuatan Lubang Resapan Biopori Sebagai Alternatif Penanggulangan Banjir Di Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 1(2), 93– 97. (https://doi.org/10.37859/jpumri.v1i2.242)

Gaiser, T., Perkons, U., Küpper, P.M., Kautz, T., Uteau-Puschmann, D., Ewert, F., Enders, A., dan Krauss, G. (2013). Modeling Biopore Effects on Root Growth and Biomass Production on Soils With Pronounced Sub-Soil Clay Accumulation. Ecological Modelling, 256: 6–15.

Indriatmoko, H., & Rahardjo, N. (2015). Kajian Pendahuluan Sistem Pemanfaatan Air Hujan. JAI, 8(1), 105–114.

Kautz, T., Amelung, W., Ewert, F., Gaiser, T., Horn, R., Jahn, R., Javaux, M., Kemna, A., Kuzyakov, Y., Munch, J.eC., P€atzold, S., Peth, S., Scherer, H.W., Schloter, M., Schneider, H., Vanderborght, J., Vetterlein, D., Walter, A., Wiesenberg, G.L., dan Kopke, U. (2013). Nutrient Acquisition from Arable Subsoils in Temperate Climates. Soil Biology and Biochemistry, 57: 1003–1022.

Kuzyakov, Y. dan Blagodatskaya, E. (2015). Microbial Hotspots and Hot Moments in Soil: Concept & Review. Soil Biology and Biochemistry, 83: 184 – 199.

Logsdon, S.D. dan Linden, D.R. (1992). Interactions of Earthworms With Soil Physical Conditions Influencing Plant Growth. Soil Science, 154(4): 330–337.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2019). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pemanfaatan Air Hujan.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2019). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pemanfaatan Air Hujan.

Passioura, J.B. (2002). Soil Conditions and Plant Growth. Plant, Cell and Environment, 25: 311–318.

Peraturan Menteri Kehutanan. (2008). Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.70/Menhut-II/2008 Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. (https://docplayer.info/33555919- Peraturan-menteri-kehutanan-nomor-p-70-menhut-ii-2008-tentang-pedoman-teknis rehabilitasi-hutan-dan-lahan.html).

Sanitya, R., & Burhanudin, H. (2013). Penentuan Lokasi dan Jumlah Lubang Resapan Biopori Di Kawasan Das Cikapundung Bagian Tengah. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 13(1), 124504.

Sekarningrum, B., Suprayogi, Y., & Yunita, D.2020. Penerapan Model Pengelolaan Sampah "Podjok Kangpisman" . Jurnal Kumawula, 3(3) : 548 - 560. (http://jurnal.unpad.ac.id/kumawula/article/view/29740/pdf)

Sutandi, M. C., Husada, G., Tjandrapuspa, K., Rahmat, D., & SSoSanto, T. (2013). Penggunaan Lubang Resapan Biopori untuk Minimalisasi Dampak Bahaya Banjir pada Kecamatan Sujajadi Kelurahan Sukawarna RW004 Bandung. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7), 978–979.

SIPSN, S. I. (2021). Grafik Sampah Plastik Wilayah Indonesia. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup.

SIPSN, S. I. (2019). Komposisi Sampah Wilayah Indonesia. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup.

Widyastuty, A. A. S. A., Adnan, A. H. and Atrabina, N. A. (2019) ‘Pengolahan Sampah Melalui Komposter Dan Biopori Di Desa Sedapurklagen Benjeng Gresik’. Abadimas Adi Buana, Vol. 03, No. 1, pp. 21–32

Yohana, C., Griandini, D., & Muzambeq, S. (2017). Penerapan Pembuatan Teknik Lubang Biopori Resapan Sebagai Upaya Pengendalian Banjir. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM), 1(2), 296–308. https://doi.org/10.21009/jpmm.001.2.10

Unduhan

Diterbitkan

2024-05-31

Cara Mengutip

Malinda, Y., Citra, Z., Wibowo, P. D., & Wibisono, A. (2024). Peningkatan Pemahaman Masyarakat terkait Manfaat Sumur Biopori sebagai Drainase Vertikal dalam Mengatasi Banjir di Kelurahan Meruya Selatan. Jurnal Pengabdian West Science, 3(05), 486–497. https://doi.org/10.58812/jpws.v3i05.1142