Filsafat Ilmu: Epistemologi Post-strukturalisme Dalam Menjelajahi Kekuasaan, Pengetahuan Dan Kebenaran
DOI:
https://doi.org/10.58812/jmws.v2i6.398Kata Kunci:
Epistemologi Post-strukturalisme, Michel Foucault, Pengetahuan, Kekuasaan dan KebenaranAbstrak
Epistemologi post-strukturalisme mengandung pengertian kritik dan penyerapan. Dalam epistemologi ini, penekanan diberikan pada pemahaman bahwa pengetahuan tidaklah netral atau objektif, melainkan dibentuk oleh kekuasaan dan konstruksi sosial. Dalam konteks kontemporer, epistemologi post-strukturalisme menjadi semakin relevan karena mengungkapkan kompleksitas dan dimensi politik dalam produksi dan distribusi pengetahuan. Dari pemikiran Michel Foucault, epistemology post-strukturalisme merupakan kontribusi penting dalam pemahaman tentang wacana, episteme, arkeologi dan relasi antara pengetahuan, kekuasaan, dan kebenaran. Pendekatan ini memandang pengetahuan sebagai sebuah bentuk kekuasaan yang mempengaruhi konstruksi subjektivitas individu dan struktur sosial. Menurut Foucault, pengetahuan bukanlah entitas yang netral atau objektif, melainkan dihasilkan dan digunakan dalam konteks kekuasaan yang melibatkan konflik dan dominasi. Dia menekankan bahwa pengetahuan memiliki fungsi kuasa yang mengatur perilaku, menghasilkan norma-norma sosial, dan memperkuat hierarki kekuasaan yang ada. Foucault menelusuri sejarah pengetahuan dan kekuasaan dengan menggunakan analisis arkeologi. Analisis arkeologi-nya mengungkapkan bagaimana pengetahuan terbentuk dalam praktik-praktik sosial yang melibatkan kekuasaan. Foucault menyajikan konsep "subjektivitas" sebagai suatu produk dari kekuasaan dan pengetahuan. Epistemologi post-strukturalisme Michel Foucault memberikan wawasan penting dalam memahami hubungan antara pengetahuan, kekuasaan, dan subjektivitas. Melalui kritik terhadap pengetahuan sebagai bentuk kekuasaan yang memengaruhi konstruksi subjek dan struktur sosial, Foucault mendorong kita untuk menginterogasi otoritas pengetahuan yang mapan, mempertanyakan norma-norma sosial yang dibentuk oleh pengetahuan tersebut, dan memperhatikan peran kekuasaan dalam proses produksi dan reproduksi pengetahuan.
Referensi
Brown, Gillian. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Dr. Zaprulkhan, 2015. “Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer”. Jakarta: Raja Grafindo
Hardiman, F. B. (1993). Menuju masyarakat komunikatif: Ilmu, masyarakat, politik dan postmodernisme menurut Juergen Habermas. Yogyakarta: Kanisius.
Kutha Ratna, N. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Latif, Yudi dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan
Muhaimin, L. (2015). Makalah Sejarah Perkembangan Arkeologi Tradisional dan Teori Pendukungnya. Malang.
Pip Jones. (1987). Pengantar Teori-Teori. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sudarminta. I. 2002. Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.
Sarup, Madam, 2003. Posstrukturalisme dan Posmodernisme. Surakarta: Yogyakarta Jendela
Sarup, Madam. 1987. An Introductory Guide to Postructuralism and Postmodernism. Athens: The University of Georgia Press.
Subroto, PH.1982. Arkeologi: Humanisme dan Sains. Buletin Arkeologi. Balai Arkeologi Yogyakarta: Yogyakarta.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Nurul Hidayah, Putiha Nuro, Anis Safia, Nur Syahira, Irza Hamdani
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.